Dalam setiap kehidupan manusia, tentu kita menyadari bahwa
setiap manusia akan mengalami masa yang senantiasa berganti dalam hidupnya.
Kadang kala ia akan hidup di “atas”, namun tak menjadi sebuah keraguan bahwa
suatu saat nanti ia akan hidup di “bawah”. Keyakinan akan hal ini tentu akan
mendorong kita untuk selalu berusaha dan terus berusaha menjadi orang-orang
yang terbaik di dalam hidupnya. Begitu mudah seseorang mengusahakan dirinya
untuk menjadi baik. Begitu gampang ketika seorang anak adam ingin mengubah
hidupnya kepada kebaikan. Dan memang, perubahan menuju kebaikan itulah yang
akhirnya akan membuat kita menjadi manusia yang merasakan indahnya menjadi
orang-orang baik. Sehingga semestinya perubahan menjadi baik itu bukanlah suatu
pilihan bagi manusia yang berakal, tapi ia adalah buah dari fitrah. Bukankah
setiap manusia memiliki fitrah untuk menuju kepada kebaikan? Ia yang akan
menunjukkan apakah seorang manusia yang kembali kepada fitrahnya, atau justru
ia menghindar dari fitrahnya itu.
Sebuah kalimat indah dari Abu Shafwan yaitu Abdullah bin
Busr al-Aslami r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sebaik-baik manusia ialah orang yang panjang
usianya dan baik kelakuannya." (Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia
mengatakan bahwa ini adalah Hadits Hasan).
Secara jelas kita dapat mengartikan apa yang Rasulullah saw
maksudkan dalam kalimatnya itu. Manusia yang terbaik dalam hidupnya ialah
ketika ia diberi karunia umur yang panjang namun dihiasi dengan akhlak baik
dalam perangainya. Kita sebagai manusia yang masih diberikan umur panjang oleh
Allah swt hendaklah menyadari bahwa suatu saat nanti tentunya kita akan
menghadap Sang Pencipta. Lalu, kebaikan apakah yang sudah kita berikan untuk
orang lain? Seberapa bermanfaatkah diri kita selama kita hidup di dunia?
Bagaimana orang lain akan mengenang diri kita suatu saat nanti? Baikkah? Atau
bahkan…. Semua itu diputuskan oleh kita. Bagi ia yang masih beranggapan bahwa
menjadi orang baik itu hanyalah sebuah pilihan, yakinlah itu (red: menjadi orang
baik) merupakan pilihan yang terbaik dan sangat tepat baginya. Namun bagi ia
yang telah menyadari bahwa menjadi baik adalah fitrah sebagai manusia, mari
kita bersama-sama untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri kita agar dapat
menjadi lebih baik lagi.
Apabila menjadi orang baik itu mudah, tentu yang harus
dilakukan adalah tak hanya sekedar menjadikan dirinya sebagai orang baik. Namun
pada waktu yang bersamaan ia dapat menjadikan orang lain lebih baik dari
sebelumnya, bahkan lebih baik dari dirinya. Karena itulah hakikat seseorang
yang ingin memberikan kebermanfaatan dirinya bagi orang lain. Allah swt telah
memberikan sebuah ayat yang sangat luar biasa dalam hal ini, “…Hendaklah kamu menjadi
orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Kitab dan disebabkan kamu
tetap mempelajarinya.”. Bahwa Allah swt memerintahkan kepada setiap manusia
untuk menjadi manusia yang tetap mempelajari Kitab (Al-Qur’an) namun dalam
waktu yang bersamaan kita memberikannya pula kepada orang lain. Sehingga
terjadi korelasi antara apa yang kita dapatkan dengan apa yang kita berikan.
Bukankah kita sudah sangat sering mendengar bahwa diri ini bagaikan sebuah teko
yang siap diisi dan siap memberi? Jika ia terus diisi tanpa dituang ke dalam
gelas-gelas kecil maka ia akan tumpah. Sedangkan jika ia terus-menerus
menuangkan isinya ke dalam gelas-gelas kecil tanpa diisi kembali teko tersebut,
lalu apakah yang akan ia tuang? Sehingga keduanya merupakan sesuatu yang sangat
saling berhubungan, menerima dan memberi, mempelajari dan mengajari… Mari kita
tingkatkan kualitas diri kita untuk kebermanfaatan bagi orang lain agar kehidupan kita di dunia ini dapat
dihitung sebagai orang-orang yang bernilai..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar