Selasa, 09 Oktober 2012

bermanfaat...


Dalam setiap kehidupan manusia, tentu kita menyadari bahwa setiap manusia akan mengalami masa yang senantiasa berganti dalam hidupnya. Kadang kala ia akan hidup di “atas”, namun tak menjadi sebuah keraguan bahwa suatu saat nanti ia akan hidup di “bawah”. Keyakinan akan hal ini tentu akan mendorong kita untuk selalu berusaha dan terus berusaha menjadi orang-orang yang terbaik di dalam hidupnya. Begitu mudah seseorang mengusahakan dirinya untuk menjadi baik. Begitu gampang ketika seorang anak adam ingin mengubah hidupnya kepada kebaikan. Dan memang, perubahan menuju kebaikan itulah yang akhirnya akan membuat kita menjadi manusia yang merasakan indahnya menjadi orang-orang baik. Sehingga semestinya perubahan menjadi baik itu bukanlah suatu pilihan bagi manusia yang berakal, tapi ia adalah buah dari fitrah. Bukankah setiap manusia memiliki fitrah untuk menuju kepada kebaikan? Ia yang akan menunjukkan apakah seorang manusia yang kembali kepada fitrahnya, atau justru ia menghindar dari fitrahnya itu.


Sebuah kalimat indah dari Abu Shafwan yaitu Abdullah bin Busr al-Aslami r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sebaik-baik manusia ialah orang yang panjang usianya dan baik kelakuannya." (Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits Hasan).
Secara jelas kita dapat mengartikan apa yang Rasulullah saw maksudkan dalam kalimatnya itu. Manusia yang terbaik dalam hidupnya ialah ketika ia diberi karunia umur yang panjang namun dihiasi dengan akhlak baik dalam perangainya. Kita sebagai manusia yang masih diberikan umur panjang oleh Allah swt hendaklah menyadari bahwa suatu saat nanti tentunya kita akan menghadap Sang Pencipta. Lalu, kebaikan apakah yang sudah kita berikan untuk orang lain? Seberapa bermanfaatkah diri kita selama kita hidup di dunia? Bagaimana orang lain akan mengenang diri kita suatu saat nanti? Baikkah? Atau bahkan…. Semua itu diputuskan oleh kita. Bagi ia yang masih beranggapan bahwa menjadi orang baik itu hanyalah sebuah pilihan, yakinlah itu (red: menjadi orang baik) merupakan pilihan yang terbaik dan sangat tepat baginya. Namun bagi ia yang telah menyadari bahwa menjadi baik adalah fitrah sebagai manusia, mari kita bersama-sama untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri kita agar dapat menjadi lebih baik lagi.

Apabila menjadi orang baik itu mudah, tentu yang harus dilakukan adalah tak hanya sekedar menjadikan dirinya sebagai orang baik. Namun pada waktu yang bersamaan ia dapat menjadikan orang lain lebih baik dari sebelumnya, bahkan lebih baik dari dirinya. Karena itulah hakikat seseorang yang ingin memberikan kebermanfaatan dirinya bagi orang lain. Allah swt telah memberikan sebuah ayat yang sangat luar biasa dalam hal ini, “…Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.”. Bahwa Allah swt memerintahkan kepada setiap manusia untuk menjadi manusia yang tetap mempelajari Kitab (Al-Qur’an) namun dalam waktu yang bersamaan kita memberikannya pula kepada orang lain. Sehingga terjadi korelasi antara apa yang kita dapatkan dengan apa yang kita berikan. Bukankah kita sudah sangat sering mendengar bahwa diri ini bagaikan sebuah teko yang siap diisi dan siap memberi? Jika ia terus diisi tanpa dituang ke dalam gelas-gelas kecil maka ia akan tumpah. Sedangkan jika ia terus-menerus menuangkan isinya ke dalam gelas-gelas kecil tanpa diisi kembali teko tersebut, lalu apakah yang akan ia tuang? Sehingga keduanya merupakan sesuatu yang sangat saling berhubungan, menerima dan memberi, mempelajari dan mengajari… Mari kita tingkatkan kualitas diri kita untuk kebermanfaatan bagi orang lain  agar kehidupan kita di dunia ini dapat dihitung sebagai orang-orang yang bernilai..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar