Rabu, 18 Juli 2012

Sambut Ramadhan dengan Keceriaan... :)



Alhamdulillah, tak terasa hanya tinggal menunggu hitungan menit kita akan sampai di bulan yang mulia, yang penuh dengan keberkahan, yap Bulan Ramadhan.. Begitu banyak dari kita yang akhirnya lupa untuk menyambut bulan ini dengan penuh persiapan. Kadang Ramadhan bukanlah disambut dengan kesiapan diri untuk berjuang dan berpuasa di bulan yang mulia, melainkan mempersiapkan apa saja yang akan dimakan pada saat berbuka. Ini sebenarnya yang masih menjadi polemik ketika Ramadhan menjelang. Seakan-akan persiapan ‘buka-an’ itu menjadi jauh lebih penting daripada persiapan diri pribadi. Tak hanya itu kawan, yang menjadi perhatian adalah belum saja masuk Bulan Ramadhan, terkadang kita telah mempersiapkan untuk hadirnya idul fitri. Ya, aku ingat saat sedang mengendarai motor di Jln. TB Simatupang, Jakarta aku telah melihat baliho besar yang terpampang di tepian jalan ibukota dengan tulisan, “Selamat Idul Fitri 1433 H”. Begitu pula kulihat di pintu masuk sebuah pertokoan swalayan dengan ucapan yang kurang lebih sama. Selain itu, banyak pula orang yang akan beramai-ramai mempersiapkan untuk membeli baju lebaran. Seakan-akan idul fitri sudah akan tiba seminggu atau sehari kemudian. Lalu akhirnya semarak menyambut Ramadhan pun hilang. Ramadhan hanyalah menjadi rutinitas tahunan yang akan dilewati dengan biasa-biasa saja, tanpa kegembiraan, atau bahkan malah sedih menyambut Ramadhan…

Yap, itulah Ramadhan… Bulan mulia yang kini hampir tak bernilai penting bagi sekian orang. Atau bahkan perintah berpuasa pun tak dikerjakan??? Padahal bukankah puasa di Bulan Ramadhan itu sebuah kewajiban??? Ingat, KEWAJIBAN…! Sudah jelas dalam Al-Qur’an, Allah berfirman,

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (beberapa hari yang ditentukan itu ialah) Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Baqarah : 183-185)

Maka jelaslah sudah bahwa puasa Ramadhan adalah sebuah kewajiban bagi orang-orang yang beriman. Kalau kita gak puasa tanpa alasan yang dibenarkan, hemm… Patut dipertanyakan tuh keimanan kita.. So, ayo smangad berpuasaaa!!!

Oia, kalo lagi puasa, inget juga bahwa kita harus tetap semangat dalam beraktifitas. Puasa bukanlah menjadi alasan untuk kita bermalas-malasan!!! Mungkin kita sudah terlalu sering diperdengarkan dengan kalimat yang berbunyi, “Tidurnya orang berpuasa itu ibadah..”. *Hwaaa… Tidur aja seharian kalo gitu mah, gak perlu beraktifitas yang lain-lain.. Atau kalimat yang disinyalir sebagai hadits tersebut, bunyi lengkapnya seperti ini,

Dari Abdullah bin Abi Aufa, dia berkata: bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amalnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampunkan.(HR. Al Baihaqi, Syu’abul Iman, Juz.8, Hal. 462,No. 3778)
Dalam sanad hadits ini diriwayatkan oleh Ma’ruf bin Hisan dan Sulaiman bin Amru an Nakha’i.
  • Imam al Baihaqi berkata tentang mereka berdua: “Ma’ruf  bin Hisan adalah dha’if, dan Sulaiman bin ‘Amru an Nakha’i, lebih dha’if darinya.” (Syu’abul Iman,  No, 3780)
  • Dalam Takhrijul Ihya’ disebutkan : “Dalam hadits ini terdapat Sulaiman bin ‘Amru an Nakha’i, salah seorang pendusta.” (Imam Zainuddin al ‘Iraqi, Takhrijul Ihya’, Juz. 2, Hal. 23, No. 723. Syamilah)
  • Syaikh al Albany mendha’ifkan hadits ini. (Lihat  Dha’if Jami’ush Shaghir,  No. 5972)

Atau senada dengan hadits di atas,
Orang yang berpuasa senantiasa dinilai ibadah, walau pun sedang berbaring di atas ranjangnya.
 Berkata Syaikh al Albany Rahimahullah:
Dhaif. Diriwayatkan oleh Tamam (18/172-173): Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar Yahya bin Abdullah bin Az Zujaj, dia berkata: berkata kepadaku Abu Bakar Muhammad bin Harun bin Muhammad bin Bakar bin Bilal, berkata kepadaku Sulaiman bin Abdurrahman, berkata kepadaku Hasyim bin Abi Hurairah al Himshi, dari Hisyam bin Hisan, dari Ibnu Sirin, dari Salman bin ‘Amir adh dhabi secara marfu’. Sanad ini dha’if  karena Yahya az Zujaj dan Muhammad bin Harun tidak saya (Syaikh al Albany) temukan biografinya tentang mereka berdua. Sedangkan yang lainnya tsiqat (terpercaya),  kecuali Hasyim bin Abi Hurairah  al Himshi, Imam Abu Hatim (4/2/105) telah menulis tentangnya tetapi tidak memberikan pujian atau kritik atasnya. Dia berkata: “Nama asli dari Abi Hurairah al Himshi adalah ‘Isa bin Basyir.”  Dalam Al Mizan disebutkan tentang dia: “Tidak diketahui.” Berkata Al ‘Uqaili: “Munkarul hadits.’  Hadits ini juga ada dalam Jami’ush Shaghir-nya Imam As Suyuthi, diriwayatkan oleh Ad Dailami dalam Musnad al Firdaus dari jalur Anas bin Malik. Al Munawi  ikut menerangkan dengan ucapannya: “Di dalamnya terdapat Muhammad bin Ahmad bin Sahl, berkata Adz Dzahabi dalam Adh Dhu’afa: berkata Ibnu ‘Adi: “Dia (Muhammad bin Ahmad binSahl) termasuk di antara pemalsu hadits.” (Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albany, Silsilah Adh Dha’ifah, Juz. 2, Hal. 230, No hadits. 653)

*Kajian hadits oleh Ustadz Farid Nu’man Hasan

Kapanpun tidur yang kita lakukan kalo ditujukan untuk beristirahat setelah melakukan aktifitas seharian dan menghimpun tenaga agar kembali segar dan fit untuk beraktifitas setelahnya dan diniatkan untuk mengharap ridha Allah swt tentu akan bernilai ibadah. Baik itu dikerjakan saat kita tengah berpuasa ataupun tidak. Sehingga yang penting adalah niat dari tujuan tidur itu sendiri. Tapi kalo kita tidur hanya karena hendak bermalas-malasan dengan dalih berpuasa dan berdasar pula atas dalil tersebut di atas tentu tak bernilai ibadah.

Maka gak ada alasan untuk kita bermalas-malasan pada saat puasa, apalagi di Bulan Ramadhan. Terutama dalam melakukan aktifitas-aktifitas kebaikan. Lah kan di bulan ini buanyak banget pahala-pahala dari setiap amal kebaikan yang kita lakukan. Sayang buanget kan kesempatan yang udah Allah kasih ini gak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dalam setahun cuma ada 1 bulan nih yang kayak gini, dan apalagi tak ada yang bisa menjamin kalo kita akan dipertemukan kembali dengan Ramadhan tahun depan. Jadi jangan ditunda-tunda yaa!

Mari kita persiapkan Bulan Ramadhan tahun ini dengan persiapan yang terbaik. Susunlah target, dan bersemangatlah dalam mencapainya.. Agar Ramadhan tahun ini lebih baik dari Ramadhan tahun sebelumnya. Amiiin ya Rabb…

###
Buah kweni boleh dicoba,
Dicoba pernah tak lagi masalah.
Ramadhan kini kan segera tiba,
Maaf karna ku pasti banyak salah.

Selamat menyambut Bulan Ramadhan 1433 H dengan semangat dan kebahagiaan…



Cilandak, 29 Sya’ban 1433 H


Ihwan Purnomo


1 komentar:

  1. subhanallah kak :) meluruskan mindset kebanyakan orang tentang "ibadah tidur" selama ini..hehe. thumbs up :)

    BalasHapus